Senin, 09 Maret 2020

Naskah Drama "GEGER TUMAPEL


Pada jaman dahulu, pada suatu pagi, dengan hembus angin sejuk, di daerah Tumapel. Tiba tiba terlihat seorang pemuda yang sedang tergeletak tidur di teras rumah. Tak lama kemudian seorang laki-laki tua menghampirinya.
(Loh Gawe) “Nak, Bangunlah! Mengapa kau tidur disini? Apa yang terjadi padamu?”
(Ken Arok)  “Maaf Tuan, saya tidak sengaja tertidur disini. Semalam saya mabuk berat, dan setelah  itu, saya tidak ingat apapun lagi.”
(Log Gawe) “Perkenalkan namaku Loh Gawe. Oh iya, Lebihbaik kau masuk ke rumahku dulu nak.”
(Ken Arok) “ Saya Ken Arok.”
                Mereka berdua berjalan memasuki rumah Loh Gawe.
Lohgawe              :”Duduklah Ken Arok, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu.”
Ken Arok             :”Perihal apa tuan?”
Lohgawe              :”Aku sering mendengar namamu, bahwa engkau adalah pemuda yang gagah berani,      namun aku pula sering mendengar sifat burukmu. Jikalau engkau mau berubah, aku siap membantumu. Aku memiliki tempat yang baik untukmu.”
Ken Arok             :”Dimanakah tempat itu tuan?”
Loh Gawe            :”Ditempat itu engkau akan mengabdi kepada paduka Tunggul Ametung. Pemimpin daerah Tumapel, ia sedang mencari pengawal pribadi, dan aku sangat yakin, kau pasti diterima.”
Ken Arok             :”Bagaimana mungkin engkau dapat seyakin itu?”
Loh Gawe            :”Jangan panggil Tuan, panggil saja paman. Biar lebih akrab.”
Ken Arok             :”Baik Paman.”
                Keesokan harinya, Loh Gawe mengajak Ken Arok ke tumapel untuk diperkenalkan kepada Tunggul Ametung
*Rumah tengah ruang istana*
Loh Gawe            :”Paduka, hamba sudah menemukan pengawal yang cocok untuk pengawal pribadi Paduka, perkenalkan, namanya Ken Arok”
Ken Arok             :”Suatu kehormatan jikalau Paduka menerima hamba sebagai pengawal pribadi Paduka.”
T.Ametung         :”Aku memang sedang membutuhkan pengawal pribadi, dan kau tidak perlu khawatir, Ken Arok. Loh Gawe adalah orang kepercayaanku. Aku sangat percaya dengan pilihanya. Maka kau ku teima menjadi pengawal pribadiku.”
Ken Arok             :”Terimakasih paduka, hamba berjanji akan bekerja sebaik mungkin.”
T.Ametung dan ken arok pun berjaba tangan
T.Ametung         :”Ken dedes, istriku! Kemarilah,”
K.Dedes               :”Iya, kanda. Tunggu sebentar.”
T.Ametung         :”Duduklah, disampingku adinda.”
Ken Arok             : (Berbisik kepada Loh Gawe) “Paman, cantik sekali wanita itu”
Loh Gawe            :”Memang, tetapi kau harus ingat Ken Arok, dia adalah istri paduka, Jadi jangan memandanginya seperti itu.” (Berbisik)
Ken Arok             :”Baiklah paman.”
T.Ametung         :”Ken Arok,  perkenalkanlah, ini istriku, Ken Dedes. Adinda, perkenalkan, ini Ken Arok pengawal kanda yang baru.”
                Ken Arok dan ken dedes berjaba tangan
Ken Arok             : (Kau benar benar cantik ken Dedes.)
*Di Dapur
Dayang 1              : “Sungguh tampan pria itu,siapa ya, kira kira namanya?” duh apalagi senyumnya manis sekali. (Ekspresi terpesona)
Dayang 2              :”Kau ini kemana saja? Kau tidak tahu dia siapa?”
Dayang 1              :”Memangnya dia siapa? Kau tahu?”
Dayang 2              :”Jelaslah, aku tahu,aku kan, selalu tahu banyak hal, apalagi tentang pria setampan dia.” (Senyum-senyum) Yaampun, benar benar tampan Pria itu”
Dayang 1              :”Cepatlah katakan siapa dia. Kau pasti pura pura tahu saja kan? Padahal seseungguuhnya kau tidak tahu dia siapa.”
Dayang 2              :”Siapa bilang? Dia itu adalah pengawal pribadi paduka tunggul ametung yang baru!”
Dayang 1              :”Benarkah? Itu artinya dia akan tinggal disini? Berarti aku akan melihatnya          setiaphari. Senangnya... haaaa.”
Dayang 2              :”Awas saja kalau ganjen didepannya”
Seorang dayang tiba-tiba datang menegur mereka berdua
Dayang 3              :”Kalian sedang membicarakan apa sih? Sepertinya asyik sekali. Oh yaampun! Hidangannya belum matang?  Kalian ini bagaimana sih, sebentar nanti makan malam.”
Dayang 2              :”tenanglah sebentar, ini sebentar lagi selesai, tenang saja.”
Dayang 3              :” Tenang bagaimana? 15 menit lagi makan malam,cepat selesaikan.”
Dayang 1,2          :”Iya, iya berisik.”
*Beberapa hari kemudian
Sekelompok dayang tidak sengaja melihat ken Arok sedang mengamati ken dedes dengan Khusyuk, dari kejauhan
Dayang 4              :” Hei, lihatlah! Sedang apa sih, si tampan itu?”
Dayang 5              :”Kau benar, sedang apa ken arok mengamati yang mulia Ken dedes dengantatapan     
seperti itu? Lihatlah dia sesekali tersenyum memandang yang mulia”
Dayang 6              :”Kurasa dia sepertinya jatuh cinta kepada yang mulia Ken Dedes.”
Dayang 7              :”Kalian ini bicara apa, sudahlah lagi pula ini bukan urusan kita. Ayo! Lebih baik kita kembali ke dapur”
*Di kamar
Ken Arok             : (Memandangi foto ken dedes)” Ken Dedes, andai saja kau miliku,beruntuung sekali dia memilikimu. Bisa memandang wajah cantikmu setiap saat. Andai saja aku adalah dirinya.”
                Seperti kebanyakan orang yang sedang jatuh cinta, Ken Arok pun ingin mencurahkan isi hatinya kepada orang yang mungkin mau mendengarkan curhatnya tentang ken dedes, ken arok pun menemui Loh Gawe.
Ken Arok             :”Paman, aku ingin cerita padamu tentang sesuatu.”
Loh Gawe            :”Apa itu ken Arok? Ayo ceritakanlah!”
Ken Arok             :”beberapa hari belakangan ini, aku selalu terpikir seorang wanita wajahnya yang cantik, senyumnya yang manis membuat aku tak bisa tidur, sepertinya aku jatuh hati padanya, Paman.”
Loh Gawe            :”Memangnya siapa perempuan itu, Ken Arok?”
Ken Arok             :”Dia...Ken Dedes”
Loh Gawe            :”Apa?! Ken Dedes?! Kau bercanda ken Arok?! Tidak! Kau tidak boleh jatuj cinta kepadanya.Tidak boleh! Lupakan dia!”
Ken Arok             :”Mengapa Paman? Mengapa aku tidak boleh jatuh cinta kepada ken dedes?! Apa karena dia adalah isteri majikanku?memangnya aku salah mencintai istri majikanku? Aku tidak akan melupakannya.”
Loh Gawe            :”Tapi ken arok...”
Ken Arok             :”Sudahlah paman, aku pamit pulang.”
Tak butuh waktu lama ken Arok beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia tak hanya menjadi pengwal pribadi tunggul ametung, Tetapi iapun menjadi salahsatu orang kepercayaan Tunggul ametung.
*Di kamar
Ken Arok             :”Aku ini tampan, gagah, dan mempesona. Seharusnya, aku yang duduk bersama ken dedes untuk memimpin tumapel ini, bukan Tuanmu yang lemah itu. Bahkan mengantar laporan pemerintah ke kota saja, ia tak mampu, selalu aku yang melakukannya. Dan seharusnya aku yang menjadi dia...Hmmm sebaiknya dia mati!. Yaaaa itu dia, sebaiknya dia mati saha. Hahaha”
Beberapa hari kemudia ia menemui Mpu Gandring, seorang pengrajin keris terkenal di tumapel.
Ken Arok             :”Ki...Aku hendak memesan keris sakti darimu, buatkanlah aku keris paling sakti yang pernah buat. Akan ku bayar berapapun harganya.”
Mpu Gandring  :”Baiklah anak muda, akan ku buatkan engkau keris sakti di jagat raya ini. Namun mungkin waktunya agak lama. 5-6 bulan. Baru engkau mengambilnya”
Ken Arok             :”Tak masalah ki, yang terpenting kerisnya sesuai pesananku. Sakti! Baiklah ki kalau begitu aku pamit.”
Mpu Gandring  :”silakan.”
-Tiga Bulan Kemudian-
Ken Arok             : (Gelisah) aku harus menunggu 3 bulan lagi untuk menghabisi tunggul ametung? Oh tidak! Itu terlalu lama! Sekarang aku sudah tidak tahan melihatnya membelai ken Dedes. Ya! Tidak! Aku harus menemui mpu gandring sekarang juga”
Ken arok pun menemui Mpu Gandring
Ken Arok             :”Ki... Bagaimana Keris pesananku?”
Mpu Gandring  :”Sabarlah wahai anak muda. Sudah kubilang aku butuh waktu 6 Bulan. Untuk membuat keris ini. Jadi, kau bisa datanag kemari 3 bulan lagi.”
Ken Arok             :”Tidak ki! Itu terlalu lama. Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi, aku ingin mengambilnya sekarang!”
Mpu Gandring  :”Tapi anak muda, keris ini belum sempurna.”
Ken Arok             :”Aku sudah tidak peduli! Sempurna atau tidak! Aku ingin keris itu sekarang juga. Aku sudah tidak sabar menghabisi tunggul ametung!”
Mpu Gandring  :”Apa?! Kau ingin meghabisi Tunggul Ametung? Dengan keris ini? Tidak anak muda! Tidak akan aku berikan keris ini pdamu!”
Ken Arok             :”Apa urusanmu ki? Cepat berikan keris itu!”
Mpu Gandring  :”Tidak! Tidak ken Arok! Tidak!”
Ken Arok             :”Baiklah ki, jika aku merebutnya dengan cara kasar!”
*Ken Arok dan Mpu Gandring berkelahi . Lalu keris itu direbut oleh ken arok, serta ditusuknya perut Mpu Gandring.  Dan di ujung ajalnya Mpu Gandring sempat menyumpahkan kutukan kepada keris itu yang di pegang oleh ken arok.
“Benar benar tak tahu diuntung kau Ken Arok! Keris itu suatu saat akan membunuhmu dan keturunan-keturunanmu. Camkan itu!”


Lalu Mpu Gandring pun meninggal. Dan ken arok pun meninggalkan jasadnya yang sudah terkujur kaku sendirian, sebelum ada yang melihatnya
*Di perjalanan
Kebo Ijo               :”Ken Arok, apa yang kau bawa itu? Bolehkan aku melihatnya?”
Ken Arok             :”Tentu saja, ini kerusku. Sangat sakti! Kau Suka?”
Kebo Ijo               : (Sambil melihat-lihat keris)Waaah! Bagus sekali, aku sangat suka! Boleh aku meminjamnya?”
Ken Arok             :”Hmmm Boleh”
Kebo Ijo               :”Benarkah ken arok?boleh tidak aku mengaku mengaku pada teman-teman bahwa keris itu miliku? Kumohon ken arok! Aku ingin membuat mereka terkesan.”
Ken Arok             :”Silakan saja aku tidak masalah”
Kebo Ijo               :”Wah,kau baik sekali ken arok, terimakasih , kalau begitu aku pinjam ya.”
Kebo Ijo pun memamerkan keris itu kepada teman-temanya. Dalam hati Ken arok ia berkata :
“Biarlah orang orang mengira bahwa keris itu miliknya, justru itu akan mempermudah rencanaku.”
Lalu 2 orang gadis berjalan menuju rumah Mpu Gandring, yang bertujuan akan memesan keris itu.
Gadis A                :”Permisi ki.. Akiii...(Mengetuk pintu)
Gadis B :”Kii.. Permisi.. kau ada didalam kan?”
Gadis A                :”Eh! Puntunya tidak dikunci,”
Gadis B :”Benar, ayo masuk.”
Dua gadis tersebut terkejut melihat Mpu Gandring sudah terkujur kaku oleh darah di sekujur tubuhnya.
Gadis B :”Ya tuhan! Kiii...!” (Panik)
Gais A   :”Bagaimana ini?” (Panik)
Lalu gadis A memeriksa nadinya untuk memastikan. Dan ternyata ia memang telah meninggal. Lalu mereka mencari pertolongan kepada warga.
Warga 1               :”Ada apa nona?”
Gadis A                                :”Tolong kami pak, Bu”
Warga 2               :”Ia, tapi, apa yang terjadi?”
Gadis A                                :”Mari ikut saya pak, bu”
*Di rumah Mpu Gandring
Warga 2               :”Oh! Yaampun! Apa yang sudah terjadi pada Mpu, nona?”
Gadis B                 :”Entahlah. Kami pada saat itu hanya mengunjungi Mpu, namun, ia tidak menjawab panggilan kami. Kami terus panggil-panggil dia. Tapi tetap sahaja tidak ada jawabnya. Laju ku buka pintunya. Dan itu tidak terkunci. Dan saat kami masuk, ia telah tergeletak lemas tak bernyawa setelah kami periksa. Pak... Bu... sungguh! Kami tidak tahu apa-apa mengenai ini.”
Warga 4               :”Yasudahlah. Lebihbaik kita urus jenazahnya. Kita harus menyemayamkannya. Beliau hanya sebatang kara, dia hidup sendiri.”
*Mpu gandring pun disemayamkan di desa tersebut.
Kebo Ijo               :”(Menghampiri orang-orang berkerumunan)  Hai! Lihatlah, apa yang ku bawa!”
Dewi                     :”Memangnya apa yang kamu bawa itu?”
Kebo Ijo               :”Ini keris baru milikku! Sakti mandraguna! Kalian pasti tidak punya kan?”
Arum                     :”Alaah! Aku tidak percaya itu keris milikmu! Coba lihat keris milikmu itu, sekedar memastikan saja.” (Wajah bosan)
                                “Woow! Alangkah bagusnya keris ini, bentuknya, lengkukanya, dan warnanya sangat mempesona! Tetapi, tadak termasuk pemiliknya!”
Kebo Ijo               :”Alah, kau pasti bohong kan? Pasti engkau terpukau dengan keris ini.”
Arum                     :”ngarep sekali kau!” (Membanting badan ke belakang, lalu pergi)
Dewi                     :”Bolehkan, aku melihat kerismu?”
Kebo Ijo               :”Silakan.”
Dewi                     : (Mengamati seluruh bagian keris)
Kebo Ijo               :”Bagaimana? Indah bukan? Apakah kau mau pinjam?”
Dewi                     :”Benarkah? Kau sudi meminjamkanya?”
Kebo Ijo               :”Hahaha! Ya tidak lah!”
*Lalu kebo ijo pun memamerkan keris itu ke seluruh desa, bahkan ke bagian di istana
Kebo Ijo               : (Mengendap-endap) Ken Arok! Ini kerismu, terimakasih ya, tapi, kau jangan memperlihatkan kepada orang orang, kalau ini kerismu, soalnya, mereka sudah mengira bahwa keris ini milikku.”
Ken Arok             :”Kau tenang saja, keris ini tidak akan ku keluarkan, aku membelinya hanya untuk sekedar koleksiku saja.”
Kebo Ijo               :”Sekali lagi terimakasih ya Ken Arok!” (memegang tangan ken Arok)”
*2 Hari kemudian di Ruang Kerja Tunggul Ametung
T.Ametung         :”Ken Arok!  Kemarin baru saja Tumapel mendapatkan penghargaan dari pemerintah kota. Sayangnya, kau tidak mendampingiku kemarin. Padahal penghargaan ini juga berkat bantuanmu.”
Ken Arok             :”Tidak perlu berlebihan paduka,hamba sangat senang pabila hamba membantu paduka. (Tak lama) “Paduka! Itu ada serangga besar di punggungmu!”
T.Ametung         :”Oh ya?! Tolong Ken Arok, tolong singkirkan binatang ini.”
*Lalu Tunggul Ametung membalikan badanya dan Ken Arok mengeluarkan kerisnya. Pada saat Ken Arok berkata “Sudah paduka” Tunggul Ametung membalikan badannya. Lalu spontan Ken Arok menusuk Tunggul Ametung dengan kejam. Hingga ia meninggal di tempat itu. Dan tak lama Ken Dedes pun datang.
Ken Dedes          :”Kanda...! apa yang kau lakukan pada suamiku Ken Arok?”
Ken Arok             : (Membungkam mulut ken dedes) “Dengarlah, Ken Dedes, aku melakukan ini untukmu. Demi engkau!”
Ken Dedes          :”Untuk apa? Aku tidak menyangka kau begitu Ken Arok!”
Ken Arok             :”Aku tahu kau tidak nyaman denganya. Kau hanya menggunakan topeng kebohonganmu di depan umum. Kau sebenarnya tersiksa! Kau selalu menangis tiap malam. Aku tahu itu!”
Ken Dedes          :”Kau tahu dari mana ken Arok?”
Ken Arok             :”Tak penting ! yang terpenting, aku sudah membebaskanmu dari laki laki keji nan busuk ini!”
*Ken Dedes hanya diam menangis. Tidak tahu harus apa
Ken Arok             :”Tolong jaga rahasia ini Ken Dedes”
*Ken Dedes pun masih tidak menjawab karena tangisnya yang mendalam terus berujung lama. Tak lama ken arok memanggil para prajurit di Istana.
Ken Arok             :”Tolong!  Tolong prajurit! Kemarilah”
Prajurit 1              :”Apa yang terjadi dengan paduka?!”
Ken Arok             :”Paduka dibunuh oleh seseorang!  Dan yang mulia Ken Dedes telah menemukannya seperti ini dan tolong cari siapa pembunuhnya! Dia harus dihukum mati!”
Prajurit 2              :”Lantas? Apa yang kami bisa lakukan, sedangkan kami tidak tahu siapa
 pembunuhnya!”
Ken Arok             :”Keris ini!  Ya! Cari siapa pemiliknya! Saya menemukan ini tergeletak di samping paduka! Sepertinya dia panik hingga meninggalkan bukti”
Prajurit 1              :”Sepertinya saya mengenali keris ini! Ini seperti tidak asing! Ya! Itu adalah keris         Kebo Ijo! Kemarin kemarin ia hendak memamerkannya!”
Prajurit 2             :”Kau yakin? Tidak menuduhnya?”
Prajurit 1             :”Sangat yakin! Kemarin dia memamerkannya di kerumunan orang orang di istana”
Ken Arok             :”Baiklah, tolong jangan berisik. Kita akan menangkapnya. Agar ia tidak kabur. Dan setelah ini, kita akan menyemayamkanya. Lalu kita langsung tanggap si keparat Kebo Ijo”
*Setelah penyemayaman Tunggul Ametung. Di ruang tengah istana
Ken Arok             :”Kau masih marah padakau Ken Dedes?”
Ken Dedes          :”Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu. Apakah aku harus bertrimakasih jikalau kau telah membebaskanku? Atau ... apalah.. aku tidak mengerti ini semua” *lalu pergi
*Dan kebo ijo diseret ke alun alun
Ken Arok             :”Jadi kau pemunuh paduka?!”
Kebo Ijo               :”Bukan Aku Ken Arok! Sungguh bukan aku!”
Ken  Arok            :”kamu tahu ini? *menunjukan keris* ini keris milikmu kan? Mereka...para warga tahu kalau ini keris milikmu!”
Kebo Ijo               :” Wahai warga dan semuanya , aku ingin mengatakan bahwa keris itu...”
Ken Arok             :” (menusukan keris) ini adalah hukuman yang pantas untuk seorang pembunuh ,
Kebo Ijo pun meninggal sebelum mengatakan bahwa keris itu sebenarnya adalah milik ken arok”

Beberapa minggu kemudian
Ken Arok                 : “Ken dedes , sudah lama aku menendam perasaan ini kepadamu . aku mencintaimu, maukah kau menjadi istriku
Ken Dedes              :  “Ya , aku bersedia”
                Ken Arok dan ken dedes pun akhirnya menikah , ken arok akhirnya naik tahta menggantikan T. Ametung
Beberapa tahun kemudian , Tumpel yang di pimpin oleh ken arok mengalami banyak kemajuan , beberapa orang kaum brahmana merasa perlu bekerja sama dengan ken arok untuk meruntuhkan kerajaan kediri
Perwakilan kaum brahmana : “Yang mulia ken arok , kami datang kemari ingin menawarkan kerjasama    dengan yang mulia untuk meruntuhkan kerajaan kediri marilah kita bersama sama melepaskan diri dan membangun kerajaan kita masing masing”
Ken Arok                                     : “Memangnya apa rencana kalian ?”
Merekapun membisikan tentang rencana ereka pada ken arok
Rencana penyerangan pun mulai di agendakan , akhirnya setelah di lakukan penyerangkan , pasukan kediri pun dapat di kalahkan tumapel pun melepaskan diri dari kerajaan kediri dan berkembang menjadi kerajaan yang di kenal dengan nama “Singosari”
                Anak dari ken dedes dan T.Ametungpun mulai beranjak dewasa, dia bernama anusapati. Anusapati merasa ken arok pilih kasih . ken arok lebih menyayangi adiknya TohJaya
Anusapati  : “Ibunda , mengapa ayahanda seperti menyayangi Tohjaya daripada aku , apa jangan jangan      benar apa yang aku dengar dari beberapa orang bahwa aku ini bukan anak kandung ayahanda”
Ken dedes  : “Benar nak , ayah kandung mu meninggal ketika kamu masih dalam kandungan , ibu sengaja tidak memberitahumu , karena ibu rasa itu lebih baik.”
Anusapati  : “Jadi ternyata apa yang mereka katakan itu benar ? pantas saja ayah lebih menyayangi Tohjaya , ayah krnapa pada saat itu meninggal ?”
Ken dedes  : “Ayah kandungmu di bunuh oleh seseorang nak (sambil meneteskan air mata)”
Anusapati  :” katakan padaku bu, siapa pembunuhnya ?”
Ken dedes  :  (diam)
Anusapati  : “mengapa ibunda diam ? apakah ibunda menyembunyikan sesuatu dariku ?”
Ken dedes : “ Baiklah anakku , mungkin sudah saat nya kamu tau , orang yang membunuh ayahmu itu   adalah ken arok (menangis)”
Anusapati  : “Benarkah bunda ? aku tak percaya dengan semua ini ( menangis tak percaya)”
Ken dedes  :” Benar nak,  maafkan ibunda baru mengatakannya sekarang “
Anusapati : “Keparat ! aku tidak akan membiarkan dia hidup tenang ibunda , dia harus membayar mahal apa yang ia lakukan”
Ken Dedes : “ jangan nak , kau tidak tau bagaimana ken arok , ibu hanya tidak mau terjadi apa apa pada mu “
Anusapati  :” tenanglah ibunda , aku tau menghadapi orang seperti dia”

Dikamar
Anusapati  :  “Ken Arok harus mati ! tapi aku tak mau membunuhnya dengan tanganku sendiri yah , aku  tahu siapa yang bisa aku andalkan”
Anusapati  memanggil kipangalasan
Ki pangalasan  : “ada apa pangeran memanggil saya ?”
Anusapati         :  “kau mau ini ? (emas banyak dan perhiasan)”
Ki pangalasan :  “ini untuk hamba pangeran ?”
Anusapati       : “Tentu saja , tapi kau harus lakukan sesuatu untuk ku”
Ki pangalasan :  “Apa itu pangeran ?”
Anusapati        :  “Bunuh ken arok untuk ku !”
Ki pangalasan  :  “Mengapa pageran ingin hamba membunuh paduka raja ?”
Anusapati        :  “Sudahlah lakukan saja , aku tau kau pun sering di perlakukan kurang baik oleh ken arok , maka dari itu maka sekarang saat nya kau balas dendam”
Ki pangalasan : “bauiklah pangeran hamba tunduk !”
Anusapati       :  “Ini keris yang akan kau gunakan untuk membunuh ken arok , aku sudah mempersiapkan smuanya , setelah ken arok tertidur nanti , itulah  waktunya untuk menghabisinya ! setelah kau berhasil menghabisinya temui aku di gudang , akan ku bawa seluruh perhiasan dan emas untukmu “
Anusapati     : “Dayang , mana makanan untuk aduka raja ?”
Dayang 1      :  “Ini pangeran.”
Anusapati    : “yasudah biarkan aku yang memberikannya.”
Dayang 1     : “Silahkan pangeran”
Anusapati Mencampurkan ramuan tidur ke makanan ke arok
Anusapati  : “ini ayahanda makanan untuk anda”
Ken arok    :  “Terimakasih anusapati , mengapa engkau yang mengantarkannya”
Anusapati  :  “Tidak apa-apa ayah , sekalian aja tadi ingin menemui ibu , aku kira ibu bersama ayah”
Ken arok    :  “Tidak , ibu mu sedang keluar”
Anusapati  : “ Baiklah ayah , aku permisi”
*Anusapati mengamati ken arok makan dari jendela
Ken arok    : “Ngantuk sekali (tidur)”
Anusapati  :  “Ki pangalasan sekarang saatnya kau jalankan tugasmu , aku akan mengalihkan perhatian orang orang di istana . “
Ki pangalasan   : “Baik pangeran”
Ki pangalasan pun masuk ke kamar ken arok
Ki pangalasan    : “maaf kan hamba yang mulia  (menusuk keris) ken arok pun meninggal”

*Di gudang
Anaspati             : “Bagaimana ? Berhasil ?”
Ki pangalasan    : “iyya pangeran “
Anusapati           :” Bagus sekali ki , ini untuk mu (emas dan perhiasan)”
Ki pangalasan    :” terimakasih pangeran , ini kerisnya pangeran”
Anusapati           :” senang bekerja sama dengan mu ki”
*Ki pangalaspun terpesona dengan emas dan perhiasan yang ia dapatkan tanpa di duga Anusapati menusuk ki pangalasan dari belakang
Anusapati           :” (menusuk)”
Ki pangalasan    :” Pangeran ...  (meninggal)”
*Anusapatipun naik tahta menjadi raja menggantikan ken arok , namun Tohjaya terlihaat tidak setuju
Toh jaya : “dengar anusapati kau tidak pantas menjadi raja , akulah yang lebih pantas , sebab aku anak kandung dari raja ken arok”
Anusapati :” tidak , kau tidak pantas memimpin singosari ini . ayahmu pun tidak pantas sebab dia yang telah merebut sanggah sana ini dari ayahku T. Ametung”
Toh jaya  : “Aku tau dialah pembunuh ayahku  ken arok , dia akan mati cepat atau lambat , aku akan membalaskan dendam ayahku dan merebut singgah sana , dinggo sari darinya”
*Suatu heri kerajaan mengadakan perlombaan adu ayam , karena anusapati menyukainya ,
Toh Jaya :” Larasati , aku tau kau sakit hati dengan anusapati karena dia telah menghianatimu dan lebih memilih wanita lain”
Larasati :” Benar , aku memang sakit hati olehnya  dan aku sangat benci padanya”
Toh Jaya :” maka itu aku ingin menajakmu bekerja sama untuk menhancurkannya”
Larasati  : “Caranya ?”
Toh Jaya : “(Membisikan rencana untuk menghabisi anusapati)”
Anusapatipun sedang asik menonton perlombaan adu ayam yang di selenggarakannya . kemudian larasati menghampirinya
Larasati  :” anusapati , tolong aku , aku sangat butuh bantuan mu”
Anusapati : “tapi aku bukan siapa siapamu lagi”
Larasati :” aku mohon bantulah aku kali ini saja , aku berjanji aku tidak akan menggangumu lagi”
Anusapati  :” kau butuh bantuan apa ?”
Larasati  : “mari ikut denganku”

*Larasati berhasil mengarahkan anusapati ke tempat yang sudah ia dan Toh jaya renncanakan , saat anusapati lengah , Toh jaya angsung menusuknya hingga meninggal.
*Toh jaya pun naik tahta menjadi Raja menggantikan Anusapati yang meninggal, Namun tak berlangsung lama sebeb banyaknya mendapat protes dari warga dan elit istana. Akhirnya kursi kepemimpinan pun diduduki oleh Ranggawuni.
*Beberapa tahun kemudian*
Ranggawuni     : “Wahai warga-wargaku, aku sudah tua, aku akan mempercayakan singosari ini pada putraku Kartanegara. Maka sambutlah Raja baru kalian.”
Warga               : *tepuk tangan*
*Pada masa pemerintahan kertanegara, singosari mencapai puncak kejayaannya*
Kertanegara     : “Aku ingin melakukan usaha peluasan daerah, ku utus kau Mahesa anabrag untuk memimpin ekspedisi ini, kita harus menggulingkan kekuasaan kerajaan Sriwijaya, kita juga harus mencegah pengaruh cina.”
Mahesa             : “Baik yang mulia.”
*Mahesa dan pasukannya pun berangkat untuk melakukan ekspedisi yang di perintahkan Kartanegra, namun ternyata cina mengirimkan wakilnya untuk menemui Kartanegra untuk melakukan perjanjian damai.
Wakil cina        : “Saya kemari ingin mengajak paduka berdamai, agar tidak melakukan perlawanan lagi kepada kami, bagaimana paduka?”
Kartanegara     : “Mohon maaf, saya tidak mau.”
Wakil cina        : “Tapi paduka….”
Kertanegara     : “Silahkan, pintu keluar di sebelah kiri!”
*Diam-diam penguasa Kediri, Jayakatwangyang juga merupakan besan Kartanegara merencakan upaya penyerangan terhadap singosari.
Jaya katwang   : “Singosari sedang lemah, banyak pasukannya yang dikirim untuk ekspedisi pamalayu, ini saatnya kita melakukan penyerangan.”
Dewi sinta        : “Tapi kanda bagaimana dengan anak kita ardajaya.”
Jaya katwang   : “Tenang istriku! Anak kita pasti berpihak pada kita.”
*Kerajaan Singosari*
Winarti             : “Salam hormat paduka, hamba mendapatkan kabar bahwa Jaya katwang lusa akan mrnyerang Singosari.”
Kertanegara     : “Apa-apaan ini? Sialan! Kamu boleh pergi winarti, kabari jika ada perkembangan.”
Winarti             : “Baik paduka.”
Kertanegara     : “Dayang, tolong panggilkan Raden wijaya dan Ardajaya.”
Dayang II          : “Baik pauka Raja”
Kertanegara     : “Kediri, lusa akan meakukan penyerangan kepada Singosari, maka dari itu aku mengutus kalian berdua untuk memimpin perlawanan ini.”
Raden wijaya   :” Baik ayahanda!”
Kertanegara     : “Mengapa kau diam saja Ardajaya? Aku tau apa yang ada dalam benakmu, oleh sebab itu ku beri waktu satu malam saja untuk berpikir.”
*Dikamar*
Saraswati          : “Kanda, bagaimana ini? Apa kanda akan berpihak pada ayah Jaya katwang? Dia tidak seharusnya mengibarkan bendera perang, kita ini keluarga kanda.”
Ardajaya           : “Berisik Saraswati, aku sedang pusing. Tinggalkan aku sendiri!”
Saraswati          : “Baiklah.”
Dayang 3          : “Pangeran Ardajaya, ini ada surat untuk pangeran.”
“kang mas temui aku di tempat biasa!”-adikmu Lira”
Ardajaya           : “Ada apa Lira?”
Lira                    : “Kang mas, kau harus ikut pulang denganku ke Kediri.”
Ardajaya           :” Apa yang membuatku harus memilih Kediri dari pada Singosari?”
Lira                    : “Kangmas kau itu disana tidak dianggap. Kartanegara lebih membanggakan menantu kesayangannya Wijaya dari pada kau dan Kartanegara pasti akan lebih memilih wijaya untuk menggantikannya menjadi Raja dari pada kau, jadi lebih baik kau pulang ke Kediri.”
Ardajaya           :” Kau benar adikku, tapi bagaimana dengan istriku?”
Lira                    : “Tenang kang mas semuanya bisa diatur!”
*Kerajaan Singosari*
Winarti             :” Hormat saya paduka Raja!”
Kertanegara     :” Ada apa Winarti”
Winarti             : “Hamba melihat pangeran Ardajaya di Kediri, beliau sudah bergabung dengan pasukan penyerangan Kediri.”
Kertanegara     : “Sudah kuduga, baiklah kau boleh pergi Winarti.”
Winarti             : “Baik yang mulia.”
Saraswati          : “Apa? Kanda Ardajaya memilih untuk membela ayahnya? Kau seungguh tega kanda, kau telah meninggalkanku. “
Dewi sinta        : “Sudahlah anakku, kau harus merelakannya.”
Saraswati          : “Tapi ibu…”
*Keesokan harinya perangpun tak dapat dihindari, karena kekurangan personel akhirnya Singosari kalah! Kertanegara meninggal dalam tragedi ini. Maka runtuhlah kerajaan Singosari.


S E L E S A I


Menangkal Miskonsepsi: Menuju Implementasi Kurikulum Merdeka yang Sukses

  Menangkal Miskonsepsi: Menuju Implementasi Kurikulum Merdeka yang Sukses Kurikulum Merdeka, diluncurkan Kemendikbudristek tahun 2022, ha...