Selasa, 09 Oktober 2018

LEBIH DEKAT DENGAN SUKU TORAJA

Penguburan Mayat Tanatoraja @glorypowerock.doc

Kali ini, kita akan belajar bareng agar wawasan & pengetahuan kita semakin luas sehingga kekayaan literasi ini menjadikan kita lebih berkualitas sebagai putra Bangsa Indonesia Raya.
Bahasa Suku Toraja
Bahasa Toraja menjadi bahasa sehari-hari suku Toraja dengan Sa’dan Toraja sebagai dialek utama. Bahasa Toraja memiliki berbagai ragam, yaitu Kalumpang, Mamasa, Tae’ , Talondo’ , Toala’, dan Toraja Sa’dan. Ciri khas dari bahasa Toraja adalah gagasan tentang kematian dan duka cita, karena upacara kematian di suku Toraja dianggap penting, oleh karena itu bahasa Toraja digunakan sebagai media ekspresi duka cita dan ditujukan untuk mengurangi penderitaan akibat duka. Bahasa Toraja masuk ke dalam kurikulum sekolah dasar di Tana Toraja.
Kepercayaan Suku Toraja
Kepercayaan mayoritas yang dianut oleh suku Toraja adalah Kristen, sebagian lainnya menganut agama Islam dan kepercayaan animisme politeistik yang bernama Aluk To Dolo yang telah diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dari agama Hindu Dharma. Aluk To Dolo diartikan sebagai jalan atau hukum bagi suku Toraja. Diceritakan dalam mitos di suku Toraja bahwa leluhur suku Toraja berasal dari surga. Leluhur tersebut turun ke planet bumi menggunakan tangga, kemudian tangga tersebut digunakan oleh suku Toraja sebagai media untuk berhubungan dengan Puang Matua sang dewa pencipta. Dewa lain dalam suku Toraja antara lain Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo’ Belo Tumbang (dewi pengobatan), Indo’ Ongon-Ongon (dewi gempa bumi), dan Pong Lalondong (dewa kematian).
Filosofis Hidup Suku Toraja
Suku Toraja memiliki falsafah hidup yang disebut Tallu lolonaTallu lolona berarti tiga kehidupan yang meliputi kehidupan manusia, kehidupan hewan, dan kehidupan lingkungan. Suku Toraja menjaga hubungan harmonis dengan sesama makhluk dan hubungan harmonis dengan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, kehidupan ideal bagi suku Toraja adalah kehidupan yang saling memberi keuntungan bagi manusia, hewan dan lingkungan. Selain itu, suku Toraja juga mempunyai filosofis hidup lain yang disebut tauTau merupakan empat pilar utama dalam kehidupan yang menjadi pedoman bagi suku Toraja. Empat pilar tersebut adalah sugi’ (kaya), barani (berani), manarang (pintar) dan kinawa  yang bermakna berhati mulia. Seorang suku Toraja dapat disebut sebagai tau jika mengamalkan keempat pilar tersebut.
Kelas Sosial Suku Toraja
Kelas sosial dalam suku Toraja dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu bangsawan, orang biasa, dan budak. Berbeda dengan suku jawa yang menganut adat patrilineal, suku Toraja menganut adat matrilineal yang mengatur kelas sosial berdasarkan keturunan ibu. Adat di suku Toraja tidak memperbolehkan seorang laki-laki untuk menikahi perempuan dari kelas sosial yang lebih rendah, namun laki-laki dari suku Toraja diizinkan untuk menikahi perempuan dari kelas sosial yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar laki-laki dapat meningkatkan kelas sosial pada keturunannya
Adat Pernikahan Suku Toraja
Adat pernikahan dalam suku Toraja terdapat 3 upacara yang ditempuh sesuai dengan kesepakatan serta disesuaikan dengan kemampuan calon pengantin. Berikut ini adalah adat pernikah dalam suku Toraja:
  • Upacara Rompo Bobo Bonnang
Upacara Rompo Bobo Bonnang merupakan upacara yang sederhana. Tata cara upacara ini dilakukan dengan mengirim utusan dari mempelai pria untuk menemui keluarga mempelai wanita. Utusan ini menyampaikan maksud untuk lamaran, lalu jika keluarga wanita menyetujui akan diatur waktu kedatangan keluarga mempelai pria. Selanjutnya kedua keluarga mempelai akan bertemu dan diadakan perjamuan makan, lalu keluarga mempelai pria akan pulang, tetapi mempelai pria akan tetap tinggal di rumah mempelai wanita.
  • Upacara Rampo Karoeng
Upacara pernikahan ini memiliki prosesi yang hampir sama dengan Rompo Bobo Bonnang, namun perbedaannya terletak pada perjamuannya. Dalam upacara ini keluarga mempelai pria akan diminta menunggu di lumbung sebelum perjamuan makan dilaksanakan.
  • Upacara Rompo Allo
Upacara pernikahan ini merupakan upacara pernikahan yang paling mewah. Perayaan dapat dilaksanakan selama beberapa hari, oleh karena itu upacara Rompo Allo hanya dilakukan oleh suku Toraja yang berstatus sosial tinggi.
http://alvonsus.gurusiana.id/
Adat Kematian Suku Toraja
Adat kematian merupakan kebudayaan suku Toraja yang paling populer di masyarakat. Berikut ini adalah upacara adat kematian dalam suku Toraja:
  • Upacara Adat Rambu Solo
Upacara adat ini merupakan yang paling umum dilaksanakan oleh suku Toraja. Prosesi dalam upacara Rambu Solo dibagi menjadi 2 prosesi yaitu prosesi pemakaman dan prosesi kesenian. Prosesi pemakaman oleh suku Toraja dilaksanakan di tengah lapangan yang terdapat di kompleks rumah adat tongkonan. Prosesi  pemakaman terdiri dari Ma’Tudan Mebalun, yaitu prosesi dalam melakukan pembungkusan jenazah, Ma’Roto yang merupakan prosesi menghias peti mati dengan benang emas dan perak. Ma’Popengkalo Alang, yaitu prosesi membawa jenazah untuk diarak ke sebuah lumbung untuk disemayamkan. Lalu Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu prosesi mengarak jenazah dari rumah Tongkonan menuju pemakaman yang dinamakan Lakkian.
Prosesi kesenian upacara Rambu Solo merupakan bentuk penghormatan bagi orang yang meninggal. Kesenian yang ditampilkan biasanya pertunjukan musik, tari, adu kerbau, dan penyembelihan kerbau dengan sekali tebas. Kerbau yang digunakan adalah kerbau bule (Tedong Bonga) yang harganya mencapai 50 juta lebih, oleh karena itu upacara ini menjadi upacara kematian yang mahal.
  • Upacara Adat Ma’ Nene
Upacara adat Ma’ Nene dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yang sudah meninggal. Upacara ini merupakan upacara adat suku Toraja yang unik. Upacara ini dilakukan untuk membersihkan mayat dengan melakukan penggantian baju bagi jasad nenek moyang yang sudah meninggal. Upacara adat yang diselenggarakan setiap 3-4 tahun sekali ini dilakukan dengan mendatangi tempat nenek moyang bersemayam, lalu jasadnya dikeluarkan lalu dibersihkan dengan kuas dan bajunya diganti dengan baju yang baru. Selanjutnya jasad nenek moyang tersebut diletakkan kembali dalam kuburannya. Upacara adat Ma’ Nene diakhiri dengan do’a dan makan bersama.
http://alvonsus.gurusiana.id/

Menangkal Miskonsepsi: Menuju Implementasi Kurikulum Merdeka yang Sukses

  Menangkal Miskonsepsi: Menuju Implementasi Kurikulum Merdeka yang Sukses Kurikulum Merdeka, diluncurkan Kemendikbudristek tahun 2022, ha...