Ternak ruminansia terdiri
dari ruminansia besar diantaranya sapi dan kerbau dan ruminansia kecil
diantaranya kambing dan domba. Ruminansia memiliki sistim pencernaan yang
berbeda dengan ternak yang lain. Sistim pencernaan ruminansia memiliki
beberapa tahapan dalam mencerna makanan. Mengetahui sistim pencernaan
ternak yang dipelihara oleh peternak sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
cara kerja saluran pencernaan sehingga memudahkan dalam penanganan jika terjadi
kasus-kasus pada pencernaan. Pencernaan adalah tempat dimana makanan diperoses
di dalam tubuh. Pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak yang lain,
ternak ruminansia memiliki lambung ganda. Proses pencernaan ternak
ruminansia terjadi secara mekanis (didalam mulut), secara fermentatif (oleh
enzim-enzim pencernaan) (Sutardi, 1979). Organ pencernaan pada ternak
ruminansia terdiri dari mulut, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus,
sekum, kolon dan rektum. Rumen memiliki ukuran yang paling besar yaitu 80
%, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 % (Church, 1988).
A. Pencernaan Secara
Mekanis
Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut, HPT yang telah direnggut
dikunyah didalam mulut kemudian di telan, setelah istirahat dikeluarin kembali
dan dikunyah lebih halus, hal ini disebut memamah biak. Pengunyahan di dalam
mulut bercampur dengan saliva (air liur) untuk membantu proses pengunyahan dan
menelan makanan. Saliva memiliki pH sekitar 8,2 dan dengan
kandungan sodium bikarbonat yang tinggi. Saliva berfunsi sebagai buffer
yang membantu menetralkan pengaruh asam dari pakan yang dikonsumsi ternak
setelah masuk ke dalam rumen.
B. Pencernaan pada Rumen
Rumen disebut juga perut besar karena merupakan bagian lambung terbesar di
dalam sistem pencernaan ternak ruminansia. Permukaan rumen dilapisi oleh
papilia. Rumen berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat
absorbsi VFA dan tempat pencampuran pakan. Rumen sapi memiliki berbagai jenis
bakteri yang berbeda dengan jumlah yang sangat banyak dan beberapa tipe
protozoa yang membantu memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber Nitrogen
non protein. Rumen pada ternak ruminansia memiliki ukuran yang paling besar
dibandingkan dengan lambung yang lainnya. pH ideal dalam rumen adalah
6-7, pada pH tersebut mikroorganisme akan tumbuh dengan baik. Jika pH
rumen sering terjadi perubahan diluar pH 6-7 maka sebagian dari jenis mikroorganisme
akan mati sehingga mengurangi pemanfaatan pakan yang di proses di dalam
rumen. Pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat
meningkatkan performa ternak dalam jangka waktu yang pendek namun pemberian
konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat menyebabkan asidosis. Jika
produksi VFA dan asam laktat tinggi dan melebihi kapasitas absorbsinya dan
kemampuan menuju gastro intestinal maka akan terjadi asidosis.
Bakteri menghasilkan
enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak memanfaatkan nutrisi
yang ada di dalam pakan. Lingkungan bakteri harus memiliki kondisi pH
maupun suhu yang sesuai dengan pertumbuhannya. Fermentasi dalam rumen terjadi
konversi karbohidrat menjadi volatile fatty acids (VFA) dan gas serta
menkonversi selulosa menjadi energi. Produksi gas di dalam rumen terdiri
dari methan dan karbondioksida yang berjumlah 20-40% (DeLaval, 2002). Jika gas
menumpuk dalam rumen akan dikeluarkan melalui sendawa.
C. Pencernaan pada
Retikulum
Retikulum disebut juga
perut jala karena permukaan bagian dalamnya mirip dengan jala atau sarang
lebah. Rumen dengan retikulum hampir tidak berjarak. Retikulum juga
membantu regurgitasi (ruminasi). Retikulum berfungsi sebagai tempat
fermentasi pakan oleh mikroorganisme. Hasil fermentasi retikulum
diantaranya adalah VFA, amonia dan air. Bahan pakan yang difermentasi terutama
VFA, amonia dan air pada retikulum mulai diabsorbsi.
D. Pencernaan pada
Omasum
Omasum adalah lambung
ketiga dari ternak ruminansia. Omasum disebut perut buku karena memiliki
lipatan-lipatan seperti buku berupa lipatan-lipatan logitudinal.
Pencernaan pada omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme. Omasum
berfungsi sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang
besar. Terjadi penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan
ternak oleh dinding omasum, di dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan.
E. Pencernaan pada
Abomasum
Abomasum terbagi atas
tiga bagian yaitu : florika yang merupakan sekresi mukus, fundika (sekresi
pepsinogen, renin dan mukus) dan Kardia yang merupakan sekresi mukus.
Abomasum tempat permulaan pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari
abomasum ke duodenum. Pakan di abomasum akan dicerna kembali dengan
bantuan asam klorida dan berbagai enzim. Asam klorida membantu
mengaktifkan enzim pepsinogen melakukan pencernaan.
F. Pencernaan pada
Usus Halus
Setelah selesai
pencernakan pakan di abomasum maka akan dilanjutkan ke usus halus. Usus
halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Dodenum kondisinya asam
sehingga bakteri dari lambung tidak bisa hidup di duodenum. Kondisi asam
akibat dari percampuran asam dari abomasum, getah pankereas, hati, kantung
empedu dan kelenjar dari usus halus. kemudian makanan akan mengalami
pencernaan dengan bantuan enzim yang dihasilkan dari dinding usus. Makanan pada
tahap ini partikelnya lebih halus. Setelah itu makanan berlanjut pada
ileum, ileum memiliki banyak vili yang berfungsi memperluas bagian penyerapan
sehingga penyerapan akan lebih optimal.
G. Pencernaan pada
Usus Besar
Usus besar kususnya caecum dan kolon, Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya
didorong dengan peristaltik usus ke usus besar. Sisa-sisa dari pencernaan
sebelumnya masih mengandung mineral dan air. Penyerapan mineral dan air paling
banyak di usus besar, penyerapan terjadi melalui dinding usus. Zat-zat
yang diserap akan didistribusikan ke seluruh tubuh yang membutuhkan, sedangkan
sisa atau ampas dari penyerapan akan dikeluarkan melalui rektum.