Kamis, 22 Februari 2018

Perjalanan Kamu Si Pak Tua



Tubuhku menciut diselimuti udara yang dingin pagi itu. Kugosok-gosokkan jemariku dan kurapatkan dekapan mantel bututku. Tadi malam hujan cukup deras. Pantas, udara pagi ini jadi begitu dingin. Kulihat beberapa orang berjalan tergesa-gesa, berusaha mengusir hawa dingin di tubuhnya. Seorang ibu melilitkan syal hangat berwarna merah jambu di leher anaknya. Terlintas perasaan iri di benakku:Aku tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.

”Hei, jangan melamun! Pikirkan akan ke mana kita hari ini.” Sebuah suara mengusik lamunanku. Dengan enggan kuangkat badanku dan berjalan terseok-seok mengikuti langkah pria yang tadi membentakku. Kata orang, dia bekas konglomerat, tak ada yang tahu nama aslinya. Hanya saja, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Pak Tua.




”Pak, memangnya kita mau ke mana sekarang?” suaraku terdengar parau, seperti habis dicekik, aku nyaris tak mengenali suaraku sendiri. Kutunggu jawaban Pak Tua, tapi yang kudengar hanya helaan napasnya, ”Aku tak tahu,” ujarnya enggan. Kutatap punggungnya dari belakang, dekat, tetapi terasa amat jauh. Aku selalu merasa ia adalah orang tua yang kesepian. Di balik asap rokoknya kutemukan tatapan kosong dan raut penuh kesedihan. Walau begitu, aku tak pernah berani bertanya masa lalunya sebab aku pun punya masa lalu yang tak bisa kujelaskan.

Akhir-akhir ini, kami selalu bangun lebih awal, kata Pak Tua, sekarang ini jika tidak rajin kita akan tersikut pendatang baru. Selain itu, kami sengaja berlatih beberapa bait puisi dan lagu baru yang sedang in. Untuk anak tujuh tahun sepertiku, bukan hal sulit untuk menghafal beberapa lagu sekaligus. Lagi pula selagi aku masih balita, ibu selalu mengajariku menghafal ayat-ayat kitab suci sehingga aku telah terbiasa menghafal.

”Hei, sudah berapa kali aku bilang? Jangan melamun! Lihat, antrean sudah panjang,” suaranya lebih mirip ancaman di telingaku. Karena tiga kali teguran berarti jatah makan hari ini berkurang.

Deretan mobil-mobil seperti tak ada ujungnya, kami menghampiri satu per satu. Jika beruntung, kami mendapat lebih dari sepuluh ribu rupiah seharinya. Begitulah rutinitas kami setiap hari, bangun, bekerja lalu saat malam menjemput, kami kembali ke tempat Pak Tua. Sungguh hari-hari yang berat. Peluh di tubuhku adalah lapisan kulitku yang kedua. ”Kau tahu? Aku tak suka melihatmu melamun begitu. Wajahmu saat melamun, selalu mengingatkan aku akan anakku, aku sangat merindukannya,” ujarnya sendu, matanya terus menerawang entah ke mana, sedangkan tangannya tak pernah lepas dari rokok kreteknya.

”Sudahlah, cepat makan, kalau sudah dingin, lauknya tak enak.”

”Bapak juga jangan melamun karena wajah Bapak saat melamun mirip wajah ayahku.” Ah, apa yang aku katakan?

Sekilas kulihat Pak Tua terkejut mendengar ucapanku barusan. Padahal aku hanya bermaksud menghiburnya, tapi sepertinya ia tak suka mendengarnya. ”Nama anakku sama dengan namamu, Henry. Ia juga seusia denganmu. Bedanya, sekarang ini mungkin ia sedang makan enak di rumah orang kaya. Ia anak yang baik dan pintar, tapi sayang ibunya gila.”

”Maksud Bapak, ibunya kurang waras?

Dia istri Bapak, lantas kenapa sekarang Bapak di sini, tidak bersama anak dan istri Bapak?”
”Kau masih kecil, tak akan mengerti. Di dunia ini seringkali uang menjadikan seseorang gelap mata, lupa segalanya. Perempuan itu gila, bukan otaknya yang terganggu, tapi nuraninya. Ia gila harta. Bapak di sini karena Bapak bukan hamba uang, mungkin pekerjaan Bapak sebagai seorang seniman telah membuat Bapak kehilangan anak dan istri Bapak. Sudahlah hari sudah larut, besok kita harus bekerja lagi.”

Ia mengakhiri ceritanya dengan desahan panjang seperti biasa, namun kali ini desahannya terasa lebih pilu. Kata-katanya tadi sedikit pun tidak aku pahami. Aku sendiri merupakan anak terbuang. Ibu tak menginginkan aku dan membuangku saat masih balita ke panti asuhan. Aku tak suka tempat itu karena itulah aku ada di sini sekarang. Aku terus berpikir tentang kata-kata Pak Tua yang tak aku pahami, hingga tak terasa aku te

Pak Tua Si Lelaki Bijak



Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak berbahagia.

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya”, ujar Pak Tua itu.

“Pahit.., pahit sekali rasanya…”, jawab tamu itu sambil meludah kesamping.

Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga didekat tempat tinggalnya dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung sgalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa…

Rabu, 21 Februari 2018

Aku & Perjalananku


Inilah ruang kelasku, cukup lebar buat belajar bareng sama teman-teman. Dengan lebar 8 x 8 meter dilengkapi speaker, lcd proyektor, vga line, papan pajangan, mading, perpustakaan kecil, kipas angin, pojok baca, papan tulis, meja dan kursi.


Perlengkapan tersebut aku gunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasanku mengenal setiap kehidupan dan perubahan lingkungan sekitar.


Setiap hari pekerjaanku CALISTUNG
Tapi aku masih sulit memahami & mengerti setiap hal dari CALISTUNG. Mungkin karena aku selalu tergesa-gesa dalam membaca dan memahami, mungkin juga aku kurang teliti dalam berhitung


Saat ini aku terus belajar melalui guruku
Aku tak pernah merasa lelah
Aku selalu berusaha menjadi bisa


Dan..
Aku percaya akan setiap perjuangan,
Selagi semangat masih membara dalam hati,
Mengobar langkah perjalanan,
Pasti akan menuai kemenangan dihari kelak nanti…



Bukan usia, dewasa adalah tentang karakter. Semakin kamu terbuka pada pelajaran hidup yang kamu hadapi setiap hari, kamu bisa jadi lebih dewasa. Jangan membatasi dirimu untuk terus berkembang selama kamu masih hidup. Jadilah semakin dewasa dan semakin bijaksana.

Kalau kamu belum paham, itu tandanya kamu belum mengalaminya sendiri. Sabar saja, nanti juga kamu bakal tahu.

1. Tidak semua orang adalah orang baik, tapi kamu harus tetap jadi baik
Artinya kebaikan itu tidak pernah lihat orang. Saat kamu berhubungan dengan orang yang tidak baik, bukan berarti kamu harus jadi tidak baik juga. Jadilah orang yang punya martabat. Yang bisa mempertahankan apa yang kamu anggap benar tanpa perlu peduli tentang apa yang orang lain katakan.

2. Jangan mencari waktu, ciptakanlah waktu
Kamu tidak akan benar-benar sibuk kalau kamu tidak sengaja melakukannya. Semuanya tergantung dari prioritas. Asal kamu tahu apa yang penting, maka waktu pasti akan selalu ada.

3. Hatimu akan menuntunmu menjalani hidup
Kamu tidak hidup karena kemauan orang lain. Pasti dirimu sendiri yang berkehendak dan kamu akan melakukannya. Kalau kamu masih terpengaruh dengan kemauan orang lain, tandanya kamu hanya alat yang digunakan orang untuk menjalankan sesuatu.

4. Kamu bisa memilih peperanganmu sendiri
Kamu tidak bisa meminta semua orang untuk menjadi seperti yang kamu mau. Tapi kamu selalu bisa memilih siapa orang yang kamu pilih untuk ada bersamamu. Jangan berurusan dengan orang yang tidak pantas untukmu. Kamu akan lelah sendiri.

5. Orang lain tidak berkewajiban untuk membahagiakanmu
Jangan berharap lebih. Segala sesuatu yang berlebihan, akan membuatmu sakit berlebihan juga. Biasa-biasa saja, pada porsinya. Tidak semua kesalahan ada pada orang yang menyakitimu. Siapa tahu itu kamu, yang berharap terlalu banyak.

6. Kamu tidak berkewajiban untuk membahagiakan orang lain
Artinya kamu tidak perlu meredam perasaanmu hanya karena kamu ingin membahagiakan orang lain. Kamu itu penting, perasaanmu juga. Bukan egois, kamu hanya butuh membahagiakan diri sendiri.

7. Hanya yang tulus yang akan tinggal
Kamu pasti ingat, berapa banyak orang yang memilih pergi dari sisimu. Merekalah yang tidak tulus. Jangan sedih, nanti kamu pasti bertemu yang tulus dan mau tinggal walau kamu menyuruhnya pergi.

8. Ke-aku-an mu yang tinggi adalah tanda kamu masih anak-anak
Masih tidak mau mengalah, apa-apa mau dituruti, apa-apa merasa paling benar. Kalau masih begitu, jangan marah kalau ada orang mengatakan kamu masih anak-anak walau usiamu sudah banyak.

Lebih baik belajar perlahan tapi meresapinya dengan baik, daripada cepat tapi cepat lupa juga. Dewasa adalah tentang tahu cara bersikap. Selama kamu menjalani hidupmu dengan kesadaran akan dirimu sendiri, maka semuanya akan baik-baik saja.

Selasa, 20 Februari 2018

Kerja Bakti Bersama 3A SDK Sang Timur Pasuruan Peringati Hari Peduli Sampah Nasional 2018

Kerja bakti adalah kegiatan kerja bergotong-royong tanpa upah untuk kepentingan bersama. Kerja bakti biasanya dilakukan bersama-sama semua warga sekolah dengan tujuan agar lingkungan sekolah menjadi bersih dan nyaman. Kerja bakti di lingkungan sekolah seperti membersihkan halaman sekolah, mengepel ruang kelas, membersihkan aula sekolah, dan masih banyak yang lainnya.


Dalam rangka memperingati hari peduli sampah nasional (HPSN) 2018 SDK Sang Timur Pasuruan menggelar rangkaian kegiatan. Salah satunya adalah kerja bakti bersama.



Kegiatan ini diawali dengan apel HPSN, dimana kepala SDK Sr. Ursula PIJ, S.Pd., M.M. menekankan pentingnya kebersihan lingkungan sekolah. Maka setiap sudut SDK Sang Timur harus tertata rapi & bersih, bebas dari sampah. Adapun sampah yang telah dihasilkan oleh sekolah maka harus dapat dikelola untuk mendapatkan kompos. Kalaupun ada sampah plastik maka akan dipisahkan kemudian disetorkan ke DLH Kota Pasuruan.


Dengan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman diharapkan semangat belajar siswa juga meningkat. Dengan meningkatnya semangat belajar siswa prestasi SDK Sang Timur Pasuruan juga ikut meningkat.



Kerja bakti di SDK Sang Timur Pasuruan ini hukumnya wajib dilaksanakan oleh siswa, dengan adanya bakti maka peserta didik akan tertanam dalam dirinya untuk mencintai lingkungannya sekaligus mendidik mereka bekerja mandiri. Tak terkecuali siswa-siswi kelas 3A SDK Sang Timur Pasuruan.



Mereka membagi tugas untuk bergotongroyong bersama. Bagi siswa yang memiliki kebiasaan di rumah serta dilayani baik oleh orang tua maupun pembantu maka dengan kegiatan ini akan dipaksa untuk mandiri.



Kerja bakti di lingkungan sekolah ternyata memiliki banyak manfaat bagi warga sekolah. Selain melatih kemandirian siswa kerja bakti juga memiliki manfaat yang lain, diantaranya adalah :
Kerja bakti membersihkan di lingkungan sekolah akan menghilangkan kejenuhan siswa setelah mengikuti pelajaran, kerja bakti bisa dijadikan refresing untuk menghilangkan kejenuhan selama mengikuti pelajaran.



Kerja bakti juga untuk lebih mengakrabkan para guru dengan peserta didiknya maka sebaiknya bagi para pendidik bisa berbaur dengan mereka sehingga menimbulkan keakraban antara siswa dan guru.


Kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah membuat lingkungan menjadi bersih dan lebih terawat dibandingkan dengan tidak ada kerja bakti tersebut. Ruang kelas 3A menjadi bersih dan rapi, kegiatan hari ini menjadi lebih semangat.



Semoga sekolah-sekolah di Kota Pasuruan bisa menerapkan salah satu setrategi pendidikan ini yaitu membiasakan anak-didiknya mencintai sekolah dan lingkungannya dengan mengadakan bakti di sekolahnya.


Karena hanya melalui kerja bakti sebagai satu wujud nyata kepedulian yang melatih siswa bekerja sama dan bergotong royong. Dalam kerja bakti yang melibatkan banyak partisipatif siswa dimana akan saling bekerja sama bahu membahu mewujudkan lingkungan SDK Sang Timur bersih & sehat.

Salam HPSN 2018
Salam SRA

Senin, 19 Februari 2018

Diskusi melatih kemampuan berbicara



Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat untuk memecahkan suatu perma-salahan. Selain melatih kemampuan berpendapat dan berkomunikasi, diskusi juga bisa menstabilkan sosial emosional.

Apresiasi Karya Seni Rupa 3A SDK Sang Timur Pasuruan

Belajar menghargai karya seni membutuhkan kedalaman perasaan dalam menikmati sebuah keindahan yang tampak sebagai bentuk visualisasi.


Menghargai sebuah karya melalui apresiasi merupakan satu bentuk usaha menanamkan pendidikan karakter yaitu, menghargai, menghormati, berani, sportif, percaya diri yang timbul karena penciptaan keadaan pembiasaan.



Apresiasi karya adalah kegiatan menilai atau menghargai karya seni tersebut. Ada banyak hal yang dapat dijadikan dasar penilaian, diantaranya :

    Komposisi
    Warna
    Fungsi
    Dan Nilai keindahan karya seni tersebut. Setiap karya pasti memiliki pesan dan makna sekalipun karya perupa cilik ini. Mereka pasti memiliki alasan tertentu mengapa memilih untuk membuat cobek dengan pernak pernik keragaman warna dan motif.

Motif hias gambar dekoratif adalah satu wahana pembelajaran tentang pendidikan seni budaya dan prakarya. Dimana setiap siswa harus mampu membuat satu karya dan menghadirkannya dalam satu kegiatan pameran. Prakarya yang dimaksud adalah proyek kegiatan yang dilakukan secara terstruktur dan terbimbing.


Dalam hal ini, siswa siswi kelas 3A SDK Sang Timur Kota Pasuruan diajak mempelajari cara memberikan apresiasi karya seni rupa terapan berdasarkan fungsi dan keindahannya.

Siswa dilatih memaknai lebih dalam agar memiliki kepekaan perasaan dalam menilai suatu karya. Skill dan hubungan kepekaan menaruh estetika memunculkan kreatifitas dan inovasi dari dalam diri siswa.

Dengan demikian kekayaan mereka semakin bertambah bukan karena melihat banyak jenis karya yang dipamerkan melainkan mampu menghormati setiap usaha orang lain bahwa untuk menjadikan karya indah butuh kerja keras, usaha, bimbingan dan kemauan, waktu dan tenaga.

Semua itu menjadi menu wajib bagi peserta didik kelas 3A SDK Sang Timur Pasuruan sebagai satu budaya kelas.

Mereka sangat senang karena bisa berbagi pengalaman, menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam memberikan penilaian terhadap suatu karya satu dan lainnya.

Salam Seni
Salam Literasi

Minggu, 18 Februari 2018

Pameran Seni Rupa Kelas 3A SDK Sang Timur Pasuruan

Pameran Seni Rupa Kelas 3A SDK Sang Timur Pasuruan.

Secara uamum arti dari pameran yaitu sebagai kegiatan penyajian visual untuk menyampaikan Ide kreatifnya kepada masyarakat luas, karena diselenggarakan di kelas/ sekolah maka yang dituju adalah warga sekolah.

Dengan menampilkan hasil karya di hadapan khalayak umum, maka akan mendapatkan penilaian, penghargaan, tanggapan, respon, ataupun kritikan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas karya seni berikutnya.

Pameran karya seni rupa tidak hanya dilakukan oleh para seniman besar saja, namun seniman cilikpun sudah banyak menampilkan hasil karyanya lewat pameran-pameran yang diadakan oleh SDK Sang Timur Pasuruan pada hari ini Senin, 19/2/2018. Pameran di gelar di kelas 3A dengan konsep sederhana tetapi menghadirkan visualisasi dan makna yang sangat mendalam bagi perkembangan siswa terutama dalam kegiatan non akademik.

Pameran kelas atu sekolah merupakan kegiatan studi yang berfungsi untuk menampilkan hasil karya siswa sebagai bentuk apresiasi.

Siswa secara tidak langsung dapat belajar bersosial dan hidup dalam keragaman karena mereka akan menikmati setiap warna dan perbedaan, belajar menghormati dan menghargai serta berani mengungkapkan perasaannya melalui forum seni.

Salam literasi

Semoga bermakna

Rabu, 14 Februari 2018

Prakarsa Mewujudkan Literasi

Dampak kemajuan dan semakin merambahnya pengetahuan dalam hal ini teknologi informasi yang selalu hadir dalam setiap sisi kehidupan manusia jaman NOW terus mendesak dan dirumuskan kembali dalam konteks pendidikan literasi. Kerangka literasi ini dapat didedah melalui perspektif & cara pandang segala lini dengan menitik beratkan pada kemampuan memahami dan mengerti terhadap segala sesuatu.

Cepat lajunya setiap informasi di dunia daring menghempaskan konstruksi berpikir manusia. Di satu sisi ia mendapatkan begitu banyak pengetahuan, tapi di lain sisi otaknya “dangkal" karena menjadi jongos masa kini dari informasi yang saling adu balap.

Persoalan demikian harus ditindaklanjuti dengan melakukan kajian ilmiah yang dapat dianalisia sebagai sebuah fenomena kekinian yang mereplace ulang tentang pondasi makna dan definisi literasi yang tak lagi berarti sebatas pada membaca dan menulis.

Kedudukan informasi dalam proses perkembangan intelektual SDM berperan sebagai gerbang awal sebelum memasuki tahap “mengetahui”. Selanjutnya, ia diikuti fase “memahami” yang secara tak langsung membentuk cakrawala baru yang lebih terang sehingga budaya dan kebiasaan akan terwujud menuju dampak konstruktif dalam upaya mewujudkan generasi literat.

Salam Literasi

Antara Pendidikan & Literasi

Alvonsus glori A, S.Pd
Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup kita. Kemajuan suatu organisasi, lembaga dimana kita berkarya secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di dalam sistem organisasi tersebut.
Oleh karena itulah, orang berpendidikan diharapkan untuk melakukan tugasnya dengan baik, merubah rutinitas menjadi peradaban budaya dengan kekayaan pengetahuan dan wawasan menuju SDM yang berkarakter & mampu menunjukan eksistensi diri, inovasi yang mengarah pada kekuatan VISI-MISI.
Salam Literasi

Tahukah Kamu Apa Itu Litrasi?

Alvonsus Glori A, S.Pd
Secara universal literasi adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang aliran kebudayaan dan kultural.

Meskipun literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang, namun hakekatnya kemampuan baca tulis seseorang merupakan dasar utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas.

Istilah literasi dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris literacy  yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat istilah littera (huruf) yaitu sistem tulisan dengan konvensi yang menyertainya.
Salam Literasi

Menangkal Miskonsepsi: Menuju Implementasi Kurikulum Merdeka yang Sukses

  Menangkal Miskonsepsi: Menuju Implementasi Kurikulum Merdeka yang Sukses Kurikulum Merdeka, diluncurkan Kemendikbudristek tahun 2022, ha...