Sobat Sahabat Literasi Kota Pasuran pernah tidak berpikir apakah air yang ada di bumi dapat habis jika kita pakai terus menerus? Coba kita hitung dan bayangkan, saat ini Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 270 juta. Setiap harinya mereka membutuhkan air bersih untuk minum rata-rata 3 liter per orang. Berarti per hari dibutuhkan 810 juta liter air bersih hanya untuk minum, belum untuk kegiatan yang lain seperti mencuci, mandi, dan memasak.
Bisa
Sobat Literasi Kota Pasuruan bayangkan berapa banyak air bersih yang dibutuhkan
dalam waktu satu bulan hanya untuk penduduk Indonesia saja? Dari mana air
sebanyak itu bisa kita dapatkan setiap harinya? Sobat Pintar dapat menemukan
jawabannya dengan memahami apa itu siklus air atau siklus hidrologi yang akan
kita bahas pada artikel kali ini.
Pengertian dan Tahapan Siklus Air
Siklus
hidrologi atau daur air yang dikenal juga dengan istilah siklus air adalah
sirkulasi air yang menggambarkan pergerakan molekul air (H2O) dari atmosfer ke
bumi dan sebaliknya, yang tidak pernah berhenti sehingga membentuk rangkaian
melingkar perjalanan molekul air di bumi yang disebut siklus. Berikut tiga
proses utama siklus air atau siklus hidrologi yang perlu Sobat Pintar ketahui.
1. Evaporasi/Transpirasi
Istilah
evaporasi digunakan untuk menunjukkan proses penguapan air yang berasal dari
laut, sungai, danau, dan badan air lainnya. Sedangkan transpirasi merupakan
pelepasan molekul air sebagai hasil metabolisme dari tumbuh-tumbuhan. Pada
prinsipnya keduanya sama karena merupakan proses perubahan zat cair menjadi gas
yang akan berkumpul di atmosfer.
2. Kondensasi
Kondensasi
adalah proses perubahan air dari gas menjadi cair, atau kita kenal dengan
istilah pengembunan, yang merupakan kebalikan dari evaporasi atau penguapan.
Pada siklus hidrologi, kondensasi terjadi di atmosfer akibat perubahan suhu dan
tekanan. Akibat adanya kondensasi, air akan berkumpul membentuk awan hitam yang
siap turun sebagai hujan ketika mencapai titik jenuh.
3. Presipitasi
Presipitasi
merupakan produk dari kondensasi. Presipitasi dapat terjadi karena adanya
pendinginan dan penambahan uap air, sehingga air yang membentuk awan mencapai
titik jenuh. Semakin banyak uap air yang terbentuk di atmosfer, maka tetesan
air yang ada di awan akan semakin banyak dan semakin berat. Ketika awan tidak
mampu menampung banyaknya air yang terbentuk, maka air tersebut akan
dikeluarkan dalam bentuk hujan.
Air akan
turun dalam bentuk salju ketika suhu berada di bawah titik beku (0 derajat
Celcius atau 32 derajat Fahrenheit). Karena rendahnya suhu ketika musim dingin,
uap air di atmosfer akan terkondensasi menjadi es yang padat tanpa melalui
tahap cair. Kristal es yang terbentuk akan menyerap dan membekukan uap air
tambahan dari udara disekitarnya menjadi kristal salju yang kemudian jatuh ke
bumi.
Selain
ketiga istilah yang menggambarkan proses daur air yang telah kita bahas di
atas, ada beberapa istilah lain yang perlu Sobat Pintar ketahui untuk lebih
memahami proses yang terkait dengan siklus hidrologi yaitu:
-
Intersepsi, air hujan terjebak di atas tanaman kemudian menguap sebelum
mencapai tanah.
- Adveksi, awan bergerak menuju tempat lain karena bantuan angin.
- Run off, air bergerak di darat dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah.
- Infiltrasi, air meresap ke dalam pori-pori tanah.
Nah Sobat
Literasi Kota Pasuruan, proses dan tahapan tersebut akan berulang terus-menerus
sehingga air yang ada di bumi akan berputar dan tidak akan habis.
Advan Material
Macam-Macam Siklus Air
Siklus
air atau siklus hujan dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan panjang
dan lama proses pergerakan molekul air.
Siklus pendek
Siklus
air pendek diawali dari evaporasi air laut ke atmosfer. Pada ketinggian
tertentu, uap air akan mengalami kondensasi yang akan membentuk awan. Awan yang
tak mampu menahan beban air akan mengalami presipitasi dan terjadi hujan
sehingga air jatuh kembali ke laut.
Siklus sedang
Seperti
yang terjadi pada siklus pendek, siklus sedang terjadi ketika air laut menguap.
Yang membedakan adalah uap air akan terbawa oleh angin menuju daratan. Di
ketinggian tertentu, uap air mengalami proses kondensasi menjadi awan.
Awan
kemudian menjadi hujan yang jatuh di daratan, meresap ke dalam tanah, sebagian
akan diserap oleh akar tumbuhan, sebagian lagi akan terbawa aliran air
permukaan seperti sungai dan parit. Air akan melewati berbagai macam
saluran-saluran air yang akan membawanya kembali berakhir ke laut.
Siklus panjang
Siklus
panjang diawali dengan evaporasi dan kondensasi air laut. Awan yang terbentuk
dibawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di area daratan. Nah, awan yang
terbentuk tadi bergabung dengan uap air yang berasal dari evaporasi danau dan sungai,
serta transpirasi tumbuhan. Karena dipengaruhi ketinggian tempat, uap air
mengenai lapisan udara dingin dan berubah menjadi salju sehingga terjadilah
hujan salju saat musim dingin dan juga membentuk bongkahan es di pegunungan
tinggi.
Bongkahan
es di pegunungan akan meluncur ke tempat lebih rendah akibat gaya gravitasi.
Bongkahan es yang meluncur karena gaya gravitasi ini disebut gletser. Gletser
yang terkena suhu tinggi kemudian mencair dan mengalir melalui perairan darat
yang akan kembali ke laut.
Krisis Air Bersih
Jika
Sobat Literasi Kota Pasuruan mengamati permukaan bumi di peta, terlihat
sebagian besar bumi tertutupi oleh air. Hal tersebut membuat kita berpikir
seakan-akan sumber air di dunia ini sangat melimpah. Namun pada kenyataannya,
97.5% air di bumi adalah air laut dan air payau yang tidak dapat dikonsumsi.
Sisanya hanya 2.5% adalah air tawar yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Dari 2.5%
sumber air tawar tersebut, yang dapat dipakai manusia hanyalah 0.003% saja
karena sebagian besar air tawar di bumi tersimpan dalam bentuk es dan gletser
atau endapan salju. Sehingga, cadangan air bersih terbagi secara tidak merata
di permukaan bumi. Hal tersebut dapat menyebabkan krisis air bersih di
daerah-daerah tertentu.
Banyak
faktor yang dapat memicu terjadinya krisis air bersih. Faktor utama pemicu
kelangkaan air bersih adalah overpopulasi yang diiringi dengan meningkatnya
pertumbuhan industri. Akibatnya, ekosistem air berubah seperti yang terjadi di
beberapa wilayah, misalnya di Surabaya, Jawa Timur, dan Jakarta.
Faktor
lain yang dapat menyebabkan kelangkaan air bersih adalah konflik yang
berkepanjangan, seperti yang terjadi di Palestina dan Pakistan. Konflik
perebutan lahan dan peperangan dapat menyebabkan polusi air yang diakibatkan
oleh bahan-bahan kimia berbahaya.
Selain
itu, kekeringan yang terjadi di wilayah dengan curah hujan rendah juga dapat
mengakibatkan krisis air bersih. Demikian pula dengan aktivitas manusia yang
menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti eksploitasi hutan berlebihan tanpa
diimbangi dengan reboisasi. Akibatnya, terjadilah perubahan iklim yang tidak
menentu sehingga dapat menyebabkan bencana kekeringan di berbagai wilayah.